Terasa Berat Sekali

0 comments


Tanda centang telah terbubuhkan di tiap benda di dalam list bawaan ku. Mulai dari handuk, baju ganti, mie instan, sampai tisue basah telah masuk ke dalam ransel bertulis eiger. Tak lupa tutup kepala sebagai tanda aku adalah seorang muslimah. Terakhir ku selipkan tas kresek warna putih 2 buah ke samping saku dan sebotol minyak kayu putih sebagai penghangat tubuh.

3 jam perjalanan menuju KM 69 dari Malang ke arah selatan, tempat yang dalam fikiran ku penuh dengan pasir putih dan air yang jernih sehingga mata ku dapat melihat isi dari nya. Dan beratapkan langit biru bercampur semarak awan putih yang bersih, serta nyiur yang melambai. Dan matras yang digelar di bawahnya. Hemmmm, tercium sudah bau amis tapi segar itu di otak ku.

Tepat pukul 07.00 tanda tangan surat ijin "pendidikan pecinta alam" ku torehkan di selembar kertas perjanjian sebelum kami memulai hari ini. 8 orang ku tulis pada text box "pengikut" ku. Bersama dengan bersandarnya perahu di pinggiran pulau tak bertuan ini, kami melangkahkan kaki. Betapa terkejutnya rupa ku begitu melihat jalanan menuju ke sana. Pertanyaan besar terus bersarang di kepala ku, "Kenapa aku memakai sandal jepit, bukan nya sepatu adventure ku?!". Karena yang kurasakan hanya lumpur dan akar bakau yang tajam di telapak kaki ini.

Dengan atau tidak sengaja

1 comments
Pagi bertemu siang, siang berganti malam, begitu seterusnya sampai 2 hari berturut-turut. Ditemani seorang pria, aku terdampar di ruang sempit seluas 3x3 meter. Hanya rasa putus asa yang ada di otak, tapi lelaki ku tak tahu. Selama 24 jam lebih menumpahkan keluh kesah bersamanya.

Entah apa yang dia harapkan dari suasana panas itu. Yang aku tahu hanya mengunci mulutku agar tidak ada sepatah kata pun terlontar tentang fikiran negatif ku terhadapnya. "Biarkan saja berlalu, anggap ini adalah permainan, seperti biasanya", kataku dalam hati.

Lelaki yang ku kenal pendiam, cerdas, dan egois mulai berubah menjadi sedikit berlawanan dengan sifatnya yang ku ketahui. Karena aku kurang mengenalnya atau memang aku tidak tahu yang sebenarnya? Entahlah, aku tak peduli.

Masi terngiang-ngiang di ingatan ku waktu itu. jam 11 siang tapi terasa gelap sekali di ruangan. Aku dan dia berada diatas awan dan tak berapa lama kami kembali terjatuh karena mimpi yang indah tapi terlarang itu telah sirna oleh kesadaran otak.