Teman maya

0 comments

Memasuki mulut, tenggorokan, kerongkongan, paru-paru dan terakhir keluar mulut atau hidung "mancung" ini. Meresap ke dalam jaringan pembuluh darah. Menusuk otak besar dan menyusup ke otak kecil. Membuat lelah tak terasa dan menghilang di sisi gelap jiwa. Betapa asap ini sudah menjadi kacamata di dalam diri, yang jika tidak dipakai tetap bisa melihat tetapi tidak terlihat dengan jelas.

Di teras sebuah cafe ku mulai berkenalan dengannya. Ditemani sahabat ku tentunya, di tengah keramaian kami menghisap bersama. Itu cuma "mencicip" masa lalu yang lama tak ku lakukan kembali. Ya, aku hampir lupa bagaimana rasanya. Mungkin untuk saat itu aku lupa, tidak untuk sekarang.

"Kenapa kamu teruskan kebiasaan buruk mu yang dulu?", tanya sahabat ku. Tidak mengapa ku bilang, ini hanya sementara. Ya, sementara selama aku masih bisa melihat dunia yang fana ini dengan segala kemunafikannya.

Lelaki itu

0 comments

Tak kurasakan rasa itu lagi. Rasa nyaman bersamanya. Rasa kasih sayang yang tumbuh tanpa balas. Pengorbanan yang bertubi-tubi. Rasa satu hati hanya untuk ku. Rasa kebesaran hati menuntun sang manja menjadi mengerti arti hidup. Ya Allah, mampukah hati ini hidup kembali?

Trauma? Mungkin iya atau mungkin juga tidak. Kurasakan kehangatan cinta pada tahun 2002. Yang berakhir dengan tragis di satu setengah tahun kemudian. Kasihku menduakan aku. Semenjak itu aku benci pada semua pria. Termasuk ayah ku.

Kenapa aku juga sangkut pautkan ayah ku dengan peristiwa ini? Tidak kawan, aku tidak akan menceritakan latar belakangnya. 

Kekasih ku berikutnya adalah orang yang pertama kali merasuki jiwa dan ragaku sampai ke arah tak tertentu. Arah yang tak ku kira-kira sebelumnya. Dan semakin lah kita merajuk di pangkuan dunia. Andaikan sifat dasarku " tidak jujur", maka kebahagian itu mungkin akan berakhir di pelaminan.

6 tahun berlalu bukan waktu yang singkat bagiku. Entah berapa pria yang singgah di hidup ku, tapi tak ada satu pun yang bisa menggantikannya... Dia yang dengan sabar mengerti ku dan dengan sifat tak setianya...

Berkah atau Musibah

0 comments

"Alhamdulillah, Kau beri kesempatan kedua untuk orang-orang tercintaku ya Rabb". Aku tak tahu apabila Kau mengehendaki lain terhadap beliau-beliau pada hari itu. Aku akan merasa bodoh sekali, karena tidak pernah mengingatkan tentang kehadiranMu. Meskipun sebenarnya hal itu sangat mudah untuk dilakukan. 

Kamar Delima menjadi saksi bisu dimana aku dan saudara-saudara ku berusaha mencari kesembuhan untuk kedua orang tua kami. Ya, selama 1 minggu lebih Bapak dan Mamak ku mengalami sakit.

Kadar gula darah yang hampir 450 mg/dL dan dibarengi dengan penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella typhi dan saudaranya yaitu Salmonella Paratyphi sehingga terasa nyeri ulu hati, nyeri otot, diare atau bahkan konstipasi, mual bahkan sampai muntah-muntah. Sedikit terlupa olehku, dengan tekanan darah yang naik turun di kisaran 200 mmHg /110 mmHg. Oh Tuhan, yang sabar yah Mak, jangan mengucap "Kalo seperti ini rasanya, sebaiknya aku mati saja!!!". Wajar saja bagiku beliau seperti itu, karena sifat tempramental dan tidak bisa merasakan sakit berlebih di tubuh, ditambah juga kurangnya asupan makanan "ilmu agama" di jiwa. Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuk mu Bunda ku, bagaimanapun juga kau yang menuntunku sampai aku menjadi seperti sekarang ini. 

Bagaimana mungkin berdiri, tidur miring 45 derajat saja tidak bisa. Selalu isi perut terhempas keluar dari mulut manis Bapak ku. Bicara pelan sekali dan hampir tidak terdengar. Apa yang terjadi sebenarnya? Selama 3 hari menunggu hasil check ini check itu. Akhirnya harus ada 2x operasi. Satu : penyedotan cairan yang terpenjara di otak atau mereka orang pintar menyebutnya penanganan terhadap penderita hidrosefalus dan Kedua : pengangkatan tumor dengan ukuran tidak jelas karena "penderita hidrosefalus" tersebut. Dan dengan asumsi sementara berdiameter 1,2 cm daging itu di daerah tengkorak sebelah kanan. OH GOD! Inikah jawaban yang aku peroleh terhadap pertanyaan ku selama beberapa tahun, "Kenapa bapak ku baik-baik saja atau tidak pernah merasakan sakit yang berarti dengan tiap hari merokok tingwe (ngelinting dewe = rokok kretek made by handself) dan kopi dan barang-barang ajaib lain masuk ke tubuhnya?".

Sahabat tidak baik

0 comments

"Tolong kasih tau dia ada dimana!", kata-kata itu yang selalu dia tanyakan kepadaku. Seorang atau lebih, lelaki 2 tahun lebih muda dari ku yang berada di provinsi dekat Riau sana dan di lain tempat tentunya. Yang aku pikir aku tak begitu mengenalnya, tapi jadi sangat dekat ketika dia juga dekat dengan orang terdekat ku.

Aku bosan dengan semua pertanyaannya yang hampir selalu aku harus menjawab kebohongan. Aku ingin tidak menghiraukan. Tetapi itu tidak aku lakukan, karena aku kasihan melihat mereka, mungkin hampir sama dengan posisi ku yang dulu, yang selalu berfikir di luar kendali, karena kekasih ada jauh di sana. Ya...aku hanya bisa menolong mu sebisa ku, karena aku bukan pria yang bisa berpihak ke sesama pria.

Terpaksa melakukannya

0 comments

Putih mengkilap melingkar di jari manis. Semacam hiasan tapi tidak untuk hanya dilihat. Tapi sebuah lingkaran kehidupan atas janji setia yang diucap. Ya, janji yang hanya ada di masa lalu. Tidak untuk sekarang dan masa depan.

"Kenapa kamu memakai cincin itu lagi?", tanya seorang teman ku. Hanya senyum simpul yang keluar dari ujung bibir ku. "Kenapa yah?", tanyaku kembali pada relung hati. Hanya hari-hari penyesalan yang kuhadapi karena dirinya telah melingkarkan cincin yang sama tetapi dengan dibubuhkan tanda tangan di suatu surat yang disahkan oleh penghulu dengan wanita itu. Kamu tahu arti dari semua itu kawan, aku sakit....

Air putih

0 comments
Berkumpul lah kita bersama-sama di sebuah rumah yang disewakan Rp. 500.000/bulan. Aku dan 3 teman ku untuk membuat suatu karya ilmiah hasil dari kuliah pagi tadi. Handphone ku nyalakan dan ku lihat pukul 22.30 WIB. Yah, sudah malam aku harus pulang.

"Mi met ultah yah" dengan riang nya pacar dari sahabat ku mengucapkan tepat pada pukul 00.05 WIB. Mata terasa penat karena 5 menit yang lalu telah bersarang mimpi yang tak tentu arah di telinga, mata, otak, dan terakhir alam bawah sadar ku. Oh ya aku inget karena hari ini adalah 8 maret, 23 tahun ku hidup di dunia yang panas ini menurut ku.

Siang ini mata ku sembab, bukan karena tangisan, tapi karena aku tidak tidur sama sekali selama 2 hari 2 malam ku. Mungkin keterlaluan kalau dengan kata "tidak" lebih tepatnya "kurang" tidur. Setidaknya ada cukup waktu di sela-sela materi kuliah dengan ditemani closet ku terlelap selama hampir 15 menit.

Berceceran isi perut ku di dalam kamar. Entah apa yang telah terucap dari bibir kecil ini selama 3jam ke belakang. Mata memejam dan kepala berkunang-kunang. Mungkin memang aku sudah lama tidak merasakan kenikmatan sesaat ini atau memang kondisi badan tidak fit dan belum masuk sesuap nasi pun di perut. Maafkan aku sahabat-sahabat ku, aku merepotkan kalian dengan mengepel lantai di malam hari jadi ku. :(

nice island

0 comments

Panas seperti kota ku, itu lah kata yang pertama kali ku keluarkan saat ku keluar dari pintu bandara Ngurah Rai. Serasa ingin cepat-cepat mandi di kost an yang sudah disiapkan teman sejawat ku disana. Dan kembali menceburkan diri di laut luas yang telah berada di benak ku sejak pertama kali ku punya plan ke pulau ini.

Malam ku diselimuti kegelisahan saat ku berada di pantai paling terkenal dengan ombak nya yang dahsyat sehingga banyak wisatawan asing yang menyukainya untuk surfing. Gelisah ku berada diantara pasangan kasmaran yang sedang memadu kasih di tepi pantai di perempat malam dimana aku hanya bersama sahabat wanita ku. Kami hanya bisa memandang dan berbisik "Kenapa kita yang sesama wanita?". Di dalam hening kami tertawa kecil.

Panas makin terasa saat kami ber-8 bersepeda tak tentu arah. 8? Bukankah seharusnya hanya 3? Ya, karena bertambah personil dengan adanya teman dari teman ku yang berkebetulan juga meluangkan waktu ke pulau itu. Dibalut dress semi kaos, handycam, dan kamera ku telah tertelan 4 kawasan wisata disana.

Sunset itu sangat indah, ditambah dengan pelukan telapak tangan nya di tangan ku, serasa nyaman. Tapi kembali sadar otak ku, dia adalah sahabat wanita ku! Kembali kualihkan genggaman ini menuju sesosok berbulu dan perokok berat. Ya, kamulah pacar sehari ku.

Terasa Berat Sekali

0 comments


Tanda centang telah terbubuhkan di tiap benda di dalam list bawaan ku. Mulai dari handuk, baju ganti, mie instan, sampai tisue basah telah masuk ke dalam ransel bertulis eiger. Tak lupa tutup kepala sebagai tanda aku adalah seorang muslimah. Terakhir ku selipkan tas kresek warna putih 2 buah ke samping saku dan sebotol minyak kayu putih sebagai penghangat tubuh.

3 jam perjalanan menuju KM 69 dari Malang ke arah selatan, tempat yang dalam fikiran ku penuh dengan pasir putih dan air yang jernih sehingga mata ku dapat melihat isi dari nya. Dan beratapkan langit biru bercampur semarak awan putih yang bersih, serta nyiur yang melambai. Dan matras yang digelar di bawahnya. Hemmmm, tercium sudah bau amis tapi segar itu di otak ku.

Tepat pukul 07.00 tanda tangan surat ijin "pendidikan pecinta alam" ku torehkan di selembar kertas perjanjian sebelum kami memulai hari ini. 8 orang ku tulis pada text box "pengikut" ku. Bersama dengan bersandarnya perahu di pinggiran pulau tak bertuan ini, kami melangkahkan kaki. Betapa terkejutnya rupa ku begitu melihat jalanan menuju ke sana. Pertanyaan besar terus bersarang di kepala ku, "Kenapa aku memakai sandal jepit, bukan nya sepatu adventure ku?!". Karena yang kurasakan hanya lumpur dan akar bakau yang tajam di telapak kaki ini.

Dengan atau tidak sengaja

1 comments
Pagi bertemu siang, siang berganti malam, begitu seterusnya sampai 2 hari berturut-turut. Ditemani seorang pria, aku terdampar di ruang sempit seluas 3x3 meter. Hanya rasa putus asa yang ada di otak, tapi lelaki ku tak tahu. Selama 24 jam lebih menumpahkan keluh kesah bersamanya.

Entah apa yang dia harapkan dari suasana panas itu. Yang aku tahu hanya mengunci mulutku agar tidak ada sepatah kata pun terlontar tentang fikiran negatif ku terhadapnya. "Biarkan saja berlalu, anggap ini adalah permainan, seperti biasanya", kataku dalam hati.

Lelaki yang ku kenal pendiam, cerdas, dan egois mulai berubah menjadi sedikit berlawanan dengan sifatnya yang ku ketahui. Karena aku kurang mengenalnya atau memang aku tidak tahu yang sebenarnya? Entahlah, aku tak peduli.

Masi terngiang-ngiang di ingatan ku waktu itu. jam 11 siang tapi terasa gelap sekali di ruangan. Aku dan dia berada diatas awan dan tak berapa lama kami kembali terjatuh karena mimpi yang indah tapi terlarang itu telah sirna oleh kesadaran otak.

Sickdie

0 comments
Sayup-sayup ku dengar lagu Polisi Jancuk dari luar sebuah studio musik di sekitar kawasan Sekolah Menengah Atas kota ku. Masih dengan seragam warna biru lengkap dengan dasi dan emblem di pundak, ku masuki ruang seluas 5x4 meter itu. Dingin, tak seperti di luar yang suhunya mencapai 36 derajat Celcius. Genap 4 orang sekarang di dalamnya, seperti biasanya.

Ku sulut rokok, meskipun ada larangan. Bergantianlah kita menghisapnya di sela lagu-lagu Kurt Cobain dan lagu-lagu ciptaan mereka bertiga. Ruangan yang sebelumnya dingin menjadi agak sedikit panas karena asap rokok yang mengepul, tidak adanya ventilasi dan ditambah udara luar yang disembul lewat AC.

2 jam berlalu dibarengi dengan gitar melodi dan bass yang tak bisa lagi dipetik karena tak ada aliran listrik mengalir diantaranya dengan amplifier. Stick drum dilemparkannya begitu saja. Sedangkan aku masih malas beranjak dari tempat ku duduk bersila dibawah stang mic. "Brak", terdengar keras suara pintu ruangan itu karena ditutup dengan kasar. Setengah absolute vodka ku berikan pada kakak pemilik studio sebagai bayaran 50% atas sewa alat dan tempat. ^^


Diantara pagi dan lagu

0 comments
Pagi itu diselimuti kabut tebal. Daun-daun di halaman rumah masih basah oleh hujan tadi malam. Hawa dingin masih menyelimuti badan. Tapi ku sadari mentari sudah mulai meninggi. Ku beranikan diri untuk membersihkan diri dan beranjak untuk pergi meninggalkan kota ku.

Dengan motor yang digerakkan secara otomatis ku lalui jalanan panjang antara kota Surabaya dan Malang. Headset dari Nokia N73 yang sudah tidak berfungsi pada bagian right menemani di telinga, dengan setia memperdengarkan lagu-lagu dari playlist yang sudah ku pilih lagu-lagu favourite. Sarung dengan merk yang biasa memproduksi alat-alat hiking ku pakai untuk melindungi telapak tangan dari panas matahari. Laju 90-100 km/jam tak terasa telah ku lampaui.

Alunan musik sangat mempengaruhi otak ku. Dengan lagu rindu setengah mati dari D'Masive ku mampu menangis tanpa kata di tengah gersangnya tanah di sekitar lumpur lapindo. Begitu juga dengan down with the sicknes nya Disturbed membawa gas di tangan menjadi tak terkendali melewati dinginnya kebun raya Purwodadi. Alangkah berungtungnya ku berkata saat otak dipenuhi dengan lirik dari trouble is a friend Lenka.

Salam ku ucap sesampai motor ku parkir di halaman kost yang sudah ku tempati selama 3 tahun lebih 5 bulan. Tidak ada seorang pun yang membalas, "Mungkin mereka masi tidur", pikir ku. "Kunci...kunci...kunci", perkataan ku yang keluar setelah di depan pintu dengan nada sedikit tinggi dan cepat. Oh God! begitu bodohnya...setelah ku lihat handphone ku dan kubaca pesan yang ada di dalamnya. "Dik, kuncimu ketinggalan di atas lemari", pesan dari Mbak Lia pada jam 09.15 dan sekarang adalah jam 10.15. "Fiuhhhh", desah ku saat ku duduk bersimpuh di depan pintu kamar kost ku. ^_^