Teman maya

0 comments

Memasuki mulut, tenggorokan, kerongkongan, paru-paru dan terakhir keluar mulut atau hidung "mancung" ini. Meresap ke dalam jaringan pembuluh darah. Menusuk otak besar dan menyusup ke otak kecil. Membuat lelah tak terasa dan menghilang di sisi gelap jiwa. Betapa asap ini sudah menjadi kacamata di dalam diri, yang jika tidak dipakai tetap bisa melihat tetapi tidak terlihat dengan jelas.

Di teras sebuah cafe ku mulai berkenalan dengannya. Ditemani sahabat ku tentunya, di tengah keramaian kami menghisap bersama. Itu cuma "mencicip" masa lalu yang lama tak ku lakukan kembali. Ya, aku hampir lupa bagaimana rasanya. Mungkin untuk saat itu aku lupa, tidak untuk sekarang.

"Kenapa kamu teruskan kebiasaan buruk mu yang dulu?", tanya sahabat ku. Tidak mengapa ku bilang, ini hanya sementara. Ya, sementara selama aku masih bisa melihat dunia yang fana ini dengan segala kemunafikannya.